Cari Blog Ini

Jumat, 10 Desember 2010

Bencana Fisik adalah Cermin Krisis Moral / Keimanan

oleh Her Budiarto pada 06 November 2010 jam 18:53

Bagi orang yang rasional dan tidak percaya adanya Tuhan Dzat Pencipta, Pengatur dan Pemelihara alam semesta maka bencana alam terjadi karena peristiwa alam biasa, karena alam itu sendiri memerlukan keseimbangan. Dengan gerakan, perubahan untuk mencapai keseimbangannya alam itu akan mengakibatkan bencana bagi penghuni di permukaannya. Dan perubahan untuk mencapai keseimbangan ini terjadi secara berulang sejak alam itu ada.

Jadi bencana tak ada hubungannya dengan tingkah laku manusia yang melanggar norma. Untuk itu yang diperlukan adalah bagaimana manusia menyiapkan sarana bagaimana melatih diri dan membuat alat bantu untuk menghindari korban manusia seminimal mungkin dan membuat rencana bagaimana membangun kembali setelah bencana usai.

Tetapi bagi orang yang berakal dan mempunyai keimanan ada Tuhan Dzat Kekuatan central yang mencipta, mengatur dan memelihara alam semesta ini maka percaya bahwa bencana alam ini terjadi karena kehendak Tuhan untuk memperingatkan centralnya makhluk yaitu manusia agar kembali hidup secara benar sesuai tujuan manusia diciptakan untuk menghambakan diri kepada Tuhan peguasa Alam Semesta. Bencana alam ini terjadi karena sudah mayoritas manusia mengabaikan hati nuraninya, lupa kepada tatanan Tuhan yang telah menciptakan manusia dan alam semesta. Tuhan memerintahkan bkasih sayang dan tolong menolong sesama manusia, tetapi manusia telah banyak yang bermusuhan dan saling membunuh atas egoisme pribadi, kelompok, keluarga, suku dan bangsa atau atas nama keyakinan.

Yang punya kedudukan telah secara trang-terangan memanipulasi keuangan negara, menyunat uang pembangunan untuk rakyat, yang menjadi wakil rakyat bukan membela kepentinga rakyat tetapi membela kepentingan pemimpin partai atau partainya, tidak itu saja juga berani menerima uang suap demi kepentingan seseorang atau golongan, bahkan ada yang befoya foya dengan dalih kunjungan luar negeri untuk studi banding. Mesti studi banding itu dilakukan oleh para pelajar calon pemimpin bangsa bukan para anggota Dewan.

Sementara dimasyarakat yang namanya penipuan merajalela tanpa ada yang menindak atau menghentikannya. Mulai dari pura-pura mencari dana dari rumah ke rumah untuk yayasan anak yatim, pakai mobil dan pengeras suara dispanjang jalan, ada yang pura-pura cacat mengemis di tempat ramai dll.

Yang terpeajar menipunya pakai telephon, internet, sms pura pura jadi panitia hadiah atau mengaku anggota kelaurga lalu mengirim sms kalau lagi ada masalah kecelakaan atau sedang sakit keras lalu minta dikirim uang atau pulsa sekian dll.

Manusia memakan manusia, manusia bentuk badannya tetapi jiiwanya harimau, anjing atau binatang apa saja yang tak mengenal aturan hak dan kewajiban.

Itulah yang kita lihat, kita alami sehari-hari. Jika penyimpangan moral seperti sudah dianggap kewajaran, maka mayoritas akan membiarkan sesamanya untuk berbuat menyimpang.

Sementara itu banyak pula orang-orang yang menipu dengan kedok agama terjadi dimana-mana.

Akakah hal seperti ini terus berjalan, tentu saja tidak kalau ingin hidup ini menjadi tentram dan makmur.

Harus kembali beriman kepada Tuhan, berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama manusia, berlomba lomba saling memberikan pealajaran kebaikan dan kebenaran dan saling menghibur dikala ada musibah dan kesedihan.

mulai lah dari diri sendiri sekarang.

semoga bermanfaat.

Wasalam, Gunungputri 6 Nov 2010

Her Budiarto

Tidak ada komentar: