Cari Blog Ini

Jumat, 10 Desember 2010

Menjadi Orang Yang Sadar Diri

oleh Her Budiarto pada 17 Oktober 2010 jam 0:09

Gajah dipelupuk mata tak tampak, kuman disebrang lautan tampak. Kata pepatah patut direnungkan, karena banyak orang yang suka sekali menilai orang lain, terutama menilai kekurangan orang lain , keburukan orang lain. Tetapi tak mau melihat apa kekurangan dirinya sendiri. Melihat saja tak pernah apalagi menyaari kekurangan diri. Inilah penyakit manusia yang paling banyakdan mudah berjangkit.

Teringat saya akan mutiara hkmah dari Sang sufi, bila kamu bertemu anak muda dan kemudian terlihat oleh mu berbuat maksiat maka pandanglah secara positip dan lihatlah ke dalam diri....diri sudah tua, hanya ada sedikit waktu lagi untuk berbuat ta'at pada Alloh, sementara anak muda itu masih jauh umurnya bisa jadi nanti diusia tuanya dia bertobat dan menjadi orang yang sholih. Bila bertemu orang yang sudah tua, kemudian terlihat oleh ia bermaksiat kepada Alloh maka pandanglah kedalam diri....saya masih muda, iya sekarang masih dalam ketaatan, siapa tahu kita tergoda dimasa tuanya....smoga saja orang tua itu bertaubat sebelum ajal tiba dan saya berdoa smoga saya di-istiqomahkan dalam taat sampai akhir hayat.

Orang yang Sadar diri adalah orang yang selalu melihat segala kejadian di depan mata/yang dialami selalu dijadikan pelajaran diri, untuk memperbaiki diri, bukan berharap orang lain yang berbuat baik, atau memperbaiki diri, tetapi dia lebih dulu melakukan perubahan ke arah kesolihan diri pribadi

Menjaga Komitmen Ternyata Susah

oleh Her Budiarto pada 18 Oktober 2010 jam 17:58

Seseorang biasanya sangat mudah membuat komitmen. Menyepakati sesuatu yang dalam perkiraannya bisa dijalankan. Seperti menerima amanah suatu kepengurusan lembaga, atau komitmen-komitmen laiinya.

Tetapi realitanya banyak orang yang tak sesuai dengan komitmennya. Terutama komitmen yang bersifat sosial kemasyarakatan maupun sukarela. Padahal kemulyaan dan kebesaran seseorang adalah terletak pada pandai memegang komitmen.

Apakah anda termasuk yang panadai menjaga komitmen?

Atau termasuk yang mudah sekali mengalahkan komitment dengan kepentingan pribadi.

Salam

Her Budiarto

Perbaikilah Meskipun itu Perbaikan Kecil Terus Menerus

oleh Her Budiarto pada 19 Oktober 2010 jam 21:45

Sesuatu perjalanan akan mandeg ketika seseorang berpandangan bahwa dirinya telah mencapai kesempurnaan, dan kemudian akan ketiggalan oleh yang lain yang terus melakukan perbaikan secara terus menerus meskipun perbaikan itu kecil-kecil.

Perhatikan, "terus menerus meskipun kecil" Dengan demikian akan ada langkah maju, efisien, hemat tetapi produktif.

Yakinlah langkah-langkah kecil itu akan mencapai puncak kalau dilakukan dengan terus menerus.

Jangan menunggu langkah besar yang belum pasti datang dan berhasil...langah besar itu dimulai dari yang kecil-kecil.

Bahayanya Berhutang kepada Ahlaq seseorang

oleh Her Budiarto pada 21 Oktober 2010 jam 23:24

Dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang keadaan memaksa kita untuk memenuhi kebutuhan dengan berhutang karena tidak adanya persedian uang dari diri sendiri. Kunci untuk tidak menemui keadaan yang memaksa kita berhutang adalah hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan.

Firman Allah:

"Dan jangan kamu berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang berlebih-lebihan." (al-An'am: 141)

"Jangan kamu boros, karena sesungguhnya orang yang boros adalah kawan syaitan." (al-Isra': 26-27)

Kadangkala memang ada keadaan dimana kita terkena musibah yang memerlukan keuangan/biaya yang lebih dari yang tersedia. Misalnya biaya pengobatan karena sakit atau suatu musibah lain. Sehingga trpaksa berhutang. Semasih ada sesuatu yang bisa dijual maka lebih menjual sesuatu barang berharga yang kita miliki untuk membayar atau melunasi hutang.

Dengan kesederhanaan ini maka seorang tidak lagi perlu berhutang, lebih-lebih Nabi SAW sendiri tidak suka seorang membiasakan berhutang. Sebab hutang dalam pandangan seorang yang baik, adalah merupakan kesusahan di malam hari dan suatu penghinaan di siang hari. Justru itu Nabi SAW selalu minta perlindungan kepada Allah dari berhutang. Doa Nabi itu sebagai berikut:

"Ya Tuhanku! Aku berlindung diri kepadamu dari terlanda hutang dan dalam kekuasaan orang lain." (RiwayatAbu Daud)

Dan ia bersabda pula:

"Aku berlindung diri kepada Allah dari kekufuran dan hutang. Kemudian ada seorang laki-laki bertanya: Apakah engkau menyamakan kufur dengan hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: Ya!" (Riwayat Nasa'i dan Hakim)

Dan kebanyakan doa yang dibaca di dalam sembahyangnya ialah:

"Ya Tuhanku! Aku berlindung diri kepadaMu dari berbuat dosa dan hutang. Kemudian ia ditanya: Mengapa Engkau banyak minta perlindungan dari hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: Karena seseorang kalau berhutang, apabila berbicara berdusta dan apabila berjanji menyalahi." (Riwayat Bukhari)

Ia menjelaskan, bahwa dalam hutang itu ada suatu bahaya besar terhadap budipekerti seseorang.

Rosulullah SAW tidak mau menyembahyangi janazah, apabila diketahui bahwa waktu meninggalnya itu dia masih mempunyai tanggungan hutang padahal dia tidak dapat melunasinya, sebagai usaha untuk menakut-nakuti orang lain dari akibat hutang. Sehingga apabila dia mendapat ghanimah, maka beliau sendiri yang menyelesaikan hutangnya itu.

Dan sabdanya:

"Akan diampuni orang yang mati syahid semua dosanya melainkan hutang." (Riwayat Muslim)

Berdasar keterangan diatasa, maka seorang muslim tidak boleh berhutang kecuali karena sangat perlu (trpaksa). Dan kalaupun dia terpaksa harus berhutang, samasekali tidak boleh melepaskan niat untuk membayar.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa hutang uang kepada orang lain dan berniat akan mengembalikannya, maka Allah akan luluskan niatnya itu; tetapi barangsiapa mengambilnya dengan Niat akan membinasakan (tidak membayar), maka Allah akan merusakkan dia." (Riwayat Bukhari)

Alloh dan RasulNya tidak menyukai hutang tanpa bunga/ rente, padahal hutang adalah mubah, kecuali karena dharurat, dan didesak oleh suatu keperluan, maka bagaimana lagi kalau hutangnya itu bersyarat harus dibayar dengan rente?! Dengan bunga?

Sangat cocok dengan muitia hikmah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib: 

Banyakberhutang akan menggelincirkan orang yang benar kepada pendustaan

Bencana Fisik adalah Cermin Krisis Moral / Keimanan

oleh Her Budiarto pada 06 November 2010 jam 18:53

Bagi orang yang rasional dan tidak percaya adanya Tuhan Dzat Pencipta, Pengatur dan Pemelihara alam semesta maka bencana alam terjadi karena peristiwa alam biasa, karena alam itu sendiri memerlukan keseimbangan. Dengan gerakan, perubahan untuk mencapai keseimbangannya alam itu akan mengakibatkan bencana bagi penghuni di permukaannya. Dan perubahan untuk mencapai keseimbangan ini terjadi secara berulang sejak alam itu ada.

Jadi bencana tak ada hubungannya dengan tingkah laku manusia yang melanggar norma. Untuk itu yang diperlukan adalah bagaimana manusia menyiapkan sarana bagaimana melatih diri dan membuat alat bantu untuk menghindari korban manusia seminimal mungkin dan membuat rencana bagaimana membangun kembali setelah bencana usai.

Tetapi bagi orang yang berakal dan mempunyai keimanan ada Tuhan Dzat Kekuatan central yang mencipta, mengatur dan memelihara alam semesta ini maka percaya bahwa bencana alam ini terjadi karena kehendak Tuhan untuk memperingatkan centralnya makhluk yaitu manusia agar kembali hidup secara benar sesuai tujuan manusia diciptakan untuk menghambakan diri kepada Tuhan peguasa Alam Semesta. Bencana alam ini terjadi karena sudah mayoritas manusia mengabaikan hati nuraninya, lupa kepada tatanan Tuhan yang telah menciptakan manusia dan alam semesta. Tuhan memerintahkan bkasih sayang dan tolong menolong sesama manusia, tetapi manusia telah banyak yang bermusuhan dan saling membunuh atas egoisme pribadi, kelompok, keluarga, suku dan bangsa atau atas nama keyakinan.

Yang punya kedudukan telah secara trang-terangan memanipulasi keuangan negara, menyunat uang pembangunan untuk rakyat, yang menjadi wakil rakyat bukan membela kepentinga rakyat tetapi membela kepentingan pemimpin partai atau partainya, tidak itu saja juga berani menerima uang suap demi kepentingan seseorang atau golongan, bahkan ada yang befoya foya dengan dalih kunjungan luar negeri untuk studi banding. Mesti studi banding itu dilakukan oleh para pelajar calon pemimpin bangsa bukan para anggota Dewan.

Sementara dimasyarakat yang namanya penipuan merajalela tanpa ada yang menindak atau menghentikannya. Mulai dari pura-pura mencari dana dari rumah ke rumah untuk yayasan anak yatim, pakai mobil dan pengeras suara dispanjang jalan, ada yang pura-pura cacat mengemis di tempat ramai dll.

Yang terpeajar menipunya pakai telephon, internet, sms pura pura jadi panitia hadiah atau mengaku anggota kelaurga lalu mengirim sms kalau lagi ada masalah kecelakaan atau sedang sakit keras lalu minta dikirim uang atau pulsa sekian dll.

Manusia memakan manusia, manusia bentuk badannya tetapi jiiwanya harimau, anjing atau binatang apa saja yang tak mengenal aturan hak dan kewajiban.

Itulah yang kita lihat, kita alami sehari-hari. Jika penyimpangan moral seperti sudah dianggap kewajaran, maka mayoritas akan membiarkan sesamanya untuk berbuat menyimpang.

Sementara itu banyak pula orang-orang yang menipu dengan kedok agama terjadi dimana-mana.

Akakah hal seperti ini terus berjalan, tentu saja tidak kalau ingin hidup ini menjadi tentram dan makmur.

Harus kembali beriman kepada Tuhan, berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama manusia, berlomba lomba saling memberikan pealajaran kebaikan dan kebenaran dan saling menghibur dikala ada musibah dan kesedihan.

mulai lah dari diri sendiri sekarang.

semoga bermanfaat.

Wasalam, Gunungputri 6 Nov 2010

Her Budiarto

Ulama Lampu Dunia, Ulama Cahaya Umat

oleh Her Budiarto pada 22 November 2010 jam 23:32

Rosululloh SAW bersabda," Al'ulamaa-u mashoobihul ardli wa khulafaaul anbiya' ". Artiya :" Ulama itu lampu-lampunya bumi dan penerusnya para Nabi".

Dalam hidup di dunia kita tidak boleh lepas dari tujuan Alloh menciptakan manusia di bumi ini. Sebagaiman Alloh telah firmankan dalam Al-qur'an, " Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia selain hanya untuk IBADAH kepada Ku".

Kalau mau dikatakan hidup kita berada pada jalan yang benar maka seluruh umur kita hanya di-isi dengan ibadah. Kalau tidak di-isi ibadah atau selain ibadah kepada Alloh maka itulah yang dinamakan hidup yang sesat.

Hidup sesat adalah hidup yang isi umur selama hidupnya bukan untuk ibadah kepada Alloh, Tuhan semesta alam, Tuhan segala makhluk.

Kalau begitu betapa pentingnya mengetahui dengan benar apa itu ibadah?, bagaimana cara ibadah yang benar?, kepada siapa ibadah itu? Dan untuk mengetahui itu semua harus bertanya kepada para ulama pewaris para Nabi. Ya pada jaman Nabi-nabi masih hidup manusia bisa langsung belajar kepada para nabi dan rosululloh.

Nabi SAW bersabda, " Al-ilmu khozaaiu wal miftaahu assu-aalfas-aluu yarhamukumulloh"

Artinya: Ilmu itu gedung dan kuncinya itu BERTANYA, maka bertanyalah kamu semua kepada ahli ilmu (ulama) maka kamu akan dikasihi Alloh yang maha tinggi".

Ulama yang mana yang dapat dijadkan tempat untuk bertanya tentang hal yang sangat penting yaitu ibadah?

Nabi SAW bersabda," Al-'ulamaa-u amnaur rosuul man yufarriqus shulthoon"

Artinya: Ulama itu kepercayaan rosul selama ulama itu tidak bercampur dengan penguasa".

Banyak ulama yang tergiur dengan kehormatan dunia atau kenyamanan sesaat, mendukung-dukung seseorang untuk jadi penguasa atau yang sedang berkuasa atau pemilik modal, sehigga seringkali berfatwa hanya memenuhi pesanan penguasa atau pemilik modal, bahkan sekarang ulama ikut-ikutan jadi bintang iklan barang/produk industri.

Semestinya ulama menjadi cahaya umat untuk menuju jalan kebahagiaan, kesejahteraan dunia akhirat yaitu ibadah kepada Alloh, tetapi ada sebagian ulama yang tertipu dengan kesenangan dunia sesaat.

Dalam hal ini Rosulullah SAW bersabda," Wailul li-ummatii min 'ulamaais suu-i"

Artinya: Rusaknya ummatku itu dari ulama-ulama jahat" (Dari shohabat Anas/Jamius Shoghir/wawu/hal 351).

Rusaknya umat menurut rosululloh SAW karena polah tingkahnya para ulama jahat, ulama suu'i.

Ulama suu'i ini jangan di-ikuti, jangan dijadikan imam, kita jangan makmum kepadanya. Karena menyalahi perintah Alloh dalam Al-qur'an.

Perintah Alloh dalam Alqur'an," Waj'alnaa lil muttaqiina imaaman". Artinya: "Dan jadikanlah orang-orangyang taqwa (muttaqin) menjadi IMAM/pemimpin kami".(QS Al Furqon 74).

Mengapa orang yang bertaqwa patut dijadikan imam/pemimpi hidup? Karena Alloh menerangkan bahwa, "Wattaqullooha wayu'allimukulloh". Artinya: Dan bertaqwalah kamu kepada Alloh, maka Alloh mengajar langsung kepadamu".

Jadi orang yang bertakwa akan diajari langsung oleh Alloh tentang jalan hidup.

Dari itulah ulama yang bertakwalah yang mesti kita pilih untuk jadi imam dan tempat bertanya tentang jalan hidup yang mensejahterakan dunia akhirat.

Untuk kita menemukan kebahagiaan dunia akhirat maka kita mesti jadi orang yang bertakwa. Untuk belajar bertakwa mesti belajar kepada ulama yang betul-betul muttaqin.

Alloh berfirman," Alladziina Aamanuu wa kaanuu yattaquun. Lahumul busyroo fiddunyaa wal aakhiroh"

Artinya: "Orang-orang beriman dan mereka itu bertakwa niscaya mengalami KEBAHAGIAAN di dunia dan di akhirat".

Demikianlah sedikit share, pertanyaan selanjutnya adalah apakah anda sudah menemukan ulama yang anda jadikan imam anda, pemimpin jalan hidup anda untuk menjadikan hidup anda mencapai kebahagiaan hakiki.

Gunungputri, 15 Dzulhijah 1431H/ 21 Nov 2010/ Her Budiarto

Pahala Itu Sudah Diterima, Mengapa Kamu Berharap Pahala Lagi

Pahala Itu Sudah Diterima, Mengapa Kamu Berharap Pahala Lagi

oleh Her Budiarto pada 05 Desember 2010 jam 11:59

Keberadaan seorang manusia boleh dikatakan "dari tiada menjadi ada", juga boleh dikatakan, " ada karena berasal dari sesuatu yang ada". Keberadaannya itu adalah bukan kemauan atau kehendak dirinya sendiri. Jadi keberadaan manusia di alam ini adalah anugrah, adalah pemberian yang besar dari SESUATU Yang Diposisikan Sebagai Tuhan Pencipta segala makhluq.

Pemberian Tuhan yang terbesar adalah dengan telah mewujudkannya diri kita masing-masing ini dalam rupa yang sangat cocok, sangat pas, sangat serasi. Dikatakan oleh Alloh kita diberi wujud kemudian dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan dan hati. Pemberian yang banyak itu diwakili dalam tiga besar yaitu telinga dengan pendengarannya, ke dua mata dengan penglihatannya dan hati dengan perasaannya. Mengapa hanya 3 yang disebutkan?

Karena tiga pemberian itu yang sangat vital dalam hidup ini,meskipun pemberian yang lain juga sangat penting. Kalau diangan-angan jika yang tiga itu tidak dijaga dengan baik dalam penggunaannya maka akan mengakibatkan KERUGIANyang besar bagi manusia itu sendiri dalam hidupnya.

Kita lahir ke dunia ini telah diberi kelengkapan hidup yang cukup yang terus tumbuh dan telah disediakan segala kebutuhan hidup di dunia ini dengan lengkap. Untuk memenuhi kebutuha itu kita telah diberi akal untuk mengolah agar lebih mudah dan manfaat. Ada juga kebutuhan vital yang tak perlu berjuang yaitu udara segar, sinar matahari, air (pada dasarnya sudah tersedia). Telah tersedia pohon-pohon kayu untuk membuat rumah dan perabot, atau logam untuk keperluan kita. Untuk kebahagiaan hidup pun telah diberikan aturan-aturan untuk berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta.

Permintaan Tuhan hanya satu, "Ber-Tuhanlah hanya kepada KU dan hanya menghambakan diri kepada-Ku"

Tetapi mengapa banyak dari kita setiap kali berbuat kebaikan yang menagatasnama perintah Tuhan selalu berharap pahala, berharap balasan kebaikan? Padahal sudah menjadi hukum bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, keburukan akan dibalas keburukan/siksa.

Akibatnya banyak orang yang kecewa kepada Tuhan secara langsung atau tersembunyi, mengapa saya telah berbuat kebaikan yang banyak tetapi hidupku malah tambah sulit dan mederita. Hal ini terjadi karena kesalahan dasar dalam berbuat kebaikan yang didasari atas perintah Tuhan.

Semestinya, kita berbuat kebaikan bukan untuk mendapatkan pahala atau kebaikan, tetapi berbuatlah kebaikan sebagai bentuk rasa syukur atas anugrah Tuhan yang sangat besar dan tak terhingga yang telah kita terima dan nikmati.

Karena Tuhan setiap hari dan setiap detik telah memberikan kebaikan-kebaikan yang sangat banyak dan besar tanpa kita sadari. Dan Tuhan telah berjanji, "Barangsiapa yang berbuat syukur atas pemberianNya maka akan ditambahkan kebaikan yang lebih banyak, tetapi kalau berbuat kufur maka penderitaan yang akan diterima".

Jadi kebaikan dan penderitaan itu akan datang dengan sendiri dengan perbuatan sendiri sebagai bukti pelaksnaan janji Tuhan, hukum keadilan Tuhan.