Cari Blog Ini

Minggu, 15 Juni 2008

Jadilah Pemimpin Yang Bertanggung Jawab

Pemimpin Yang Bertanggung Jawab
Alloh Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

YAUMA NAD’UU KULLA UNAASIN BI IMAAMIHIM – FAMAN UUTIYA KITABAHU – BIYAMINIHI – FAULAAIKA YAKROUUNA KITAABAHUM WA LAA YUDL-LAMUUNA FATIILA (QS.Al-Isra 71)
Artinya:
(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.
Berbicara masalah ‘Pemimpin’ berarti pula berbicara masalah tanggung jawab, tugas dan kewajiban pemimpin. Dalam Al-Qur’an kata mengenai pemimpin ini memakai berbagai istilah, kadang memakai ‘imam’, kadang memakai kata wali, kadang memakai qowamun dan lainnya. Secara prinsip maka setiap manusia yang lahir ke dunia ini adalah pemimpin. Yaitu memimpin dirinya sendiri agar selalu berbuat amal sholih, berjalan dijalan Alloh, bebuat yang menguntungkan bagi dirinya dan orang lain disekelilingnya. Memimpin dirinya untuk tidak mengikuti hawa untuk memuaskan keinginan-keinginan syahwat, maupun kepuasan diri pribadi ( nafsu). Tentu saja pemimpin ini sangat tergantung dengan nilai hidup atau pegangan hidup yang dipercayai, yang diyakini sebagai jalan hidupnya. Dalam pembahasan ini kami akan berbicara masalah pemimpin dari sisi ajaran Islam, maupun sejarah kepemimpinan dalam umat Islam.
Dalam prakteknya, sekarang ini ada beberapa kepemimpinan secara realitas, diantaranya:
Pertama, Pemimpin Spiritual-Keagamaan: Kepemimpinan jenis ini terjadi karena seseorang mempunyai ilmu dan amaliyah yang lebih dari pada sesama pengikut suatu jenis spiritual-keagamaan. Kepeimpinan ini bersifat karismatik. Ketaatan yang dipimpin karena keyakinan kebenaran ilmu dan daya kewibawaan amaliyah baik yang telah dilakukan si pemimpin tersebut dalam masyarakat. Kepemimpinan itu akan bubar atau tidak dikikuti jika suatu ketika diketahui si-pemimpin melanggar apa yang diajarkannya atau tidak melaksanakan ajaran yang dianjurkannya.
Kedua, Pemimpin Masyarakat: Kepemimpinan jenis ini terjadi karena seseorang dengan segala yang dimilikinya berbuat yang bermanfaat untuk masyarakat disekelilingnya. Apa yang diperbuatnya membawa kebaikan, kesejahteraan dan kemajuan masyarakatnya. Sehingga si-pemimpin jenis ini diikuti oleh masyarakat, dipercaya oleh masyarakat melalui bukti amaliahnya.
Ketiga, Pemimpin Formal-Pemerintahan: Kepemimpinan jenis ini terjadi karena tuntutan administrative pemerintahan baik itu mulai Ketua RT, Ketua RW, Lurah atau Kepala Desa, Bupati, Gubernur maupun Presiden. Dikehidupan modern sekarang ini seseorang menjadi pemimpin melalui pemilihan, atau pemungutan suara dari warga yang akan dipimpinnya. Hanya masalahnya sekarang warga masyarakat yang memiliki hak suara untuk memilih pemimpin sering salah dalam apa yang menjadi dasar seorang calon pemimpin itu dipilih. Lebih banyak karena rasa kesukuan, kedaerahan, dan karena mendapat suap uang. Yang terakhir inilah yang sesungguhnya membuat masyarakat akan rugi dalam jangka panjang demi untuk mendapat uang jago sesaat. Cara-cara seperti ini yang telah lama disadari untuk diberantas tetapi sangat jarang yang berani memulainya. Inilah saat nya masyarakat memimpin dirinya dengan hikmat kebijaksanaan bukan dengan uang. Berani menolak uang suap, uang jago agar memelih calon tertentu.
Untuk masalah persyaratan menjadi pemimpian bagi umat Islam ada petunjuk dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Pemimpin haruslah orang beragama Islam (QS.5. Al Maidah: 51) ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin;”
Pemimpin haruslah orang yang menjunjung tinggi kehormatan Agama Islam ( QS.5 Al-Maidah: 57), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir”.
Pemimpin haruslah memerintah berdasarkan ajaran-ajaran/petunjuk wahyu Alloh ( QS.21 Al-Anbiyaa 73), ” Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka, mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah”,
Pemimpin haruslah orang yang sehari-harinya mengerjakan kebajikan, amal sholih (QS.21 Al-Anbiyaa 73).
Pemimpin haruslah orang yang menegakkan nilai nilai Sholat di masyarakat (QS.21 Al Anbiya 73).
Pemimpin haruslah orang yang dalam kehidupannya terbukti telah menunaikan zakat (QS.21 Al Anbiya 73).
Pemimpin haruslah orang yang dalam keyakinannya, peribadatannya tidak menyekutukan Alloh (QS.21 Al Anbiya 73).
Pemimpin haruslah orang memiliki sifat Shobar (QS. 32 AS Sajadah 24).
Pemimpin haruslah orang yang kuat keyakinannya pada kekuasaan Alloh (QS.32.As Sajadah 24).
Pemimpin haruslah orang yang berilmu
Pemimpin haruslah orang yang bisa berbuat adil, meskipun kepada karib kerabatnya sendiri.
Pemimpin haruslah orang yang bersyukur atas segala nikmat dari Alloh.
Pemimpin haruslah orang bekerja dengan tangannya sendiri.
Pemimpin haruslah orang yang bijaksana.
Pemimpin haruslah orang yang tidak mengikuti hawa keinginan-keinginan untuk memuaskan dirinya sendiri.
Pemimpin haruslah orang yang berani mengakui kesalahannya bila ia salah dan memohon maaf kepada Alloh dan masyarakat yang dipimpinnya.
Pemimpin haruslah orang yang dianugrahi Alloh kekuatan lebih dari orang kebanyakan. Bisa berupa keluasan ilmunya, bisa berupa karisma-kekuatan spiritualnya, ataupun yang lain.
Tujuh belas persyaratan menjadi pemimpin tersebut di atas disarikan dari Al-Qur’an. Insya Alloh jika betul-betul ditera[kan maka masyarakat akan mencapai keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan lahir maupun batin.
Secara contoh maka kita bisa mengambil tauladan kepemimpinan yang baik dan berhasil dalam Al-Qur’an dan sejarah diantaranya adalah :
Nabi Muhammad SAW, sebagai pemimpin spiritual Islam juga sebagai pemimpin Negara. Yang mempunyai sifat bersahaja, adil, bijaksana, rendah hati, jujur dan besar jiwa.
Nabi Daud AS, dengan kecerdasannya, keadilannya dan ketaatannya kepada Alloh.
Nabi Sulaiman AS. Dengan ketinggian ilmunya, keluasan kekuasaannya dan adil dan bijaksana.
Dzulqornain, dengan kebijaksanaan dan kekuatannya.
Shohabat Abu Bakar As Shiddiq r.a. dengan ketegasan-nya dan lemah lembutnya.
Shohabat Umar Bin Khathob r.a . ( Umar Al Farouq). Dengan kesederhanaannya, keadilannya dan ketegasannya.
Shobabat Utsman Bin Affan r.a. Dengan kelembutan dan rasa persaudaraannya.
Shohabat Ali Bin Abi Thalib krw. Dengan kebijaksanaannya dan keluasan Ilmunya.
Umar Bin Abdul Azis r.a. dengan kesahajaannya dan ketelitiannya.
Mungkin masih ada bintang-bintang kepemimpinan di sejarah Islam dalam pemerintahan, tetapi pada kesemapatan ini tidak bisa diungkap tokoh-tokoh tersebut karena tenggelam oleh cahaya Sembilan nama di atas.
Setelah kita mengetahui persyaratn pemimpin dan contoh-contoh figure pemimpin masa lalu yang dianugrahkan kepada kita untuk ditauladani apakah yang mesti kita perbuat untuk kebaikan bangsa dan Negara kita ini.
Yang pertama bagi kita masyarakat yang telah berumur maka kita mestilah bertaubat karena selama ini kita telah membiarkan kepemimpinan dipegang oleh orang-orang yang kurang memenuhi syarat seperti yang dipersyaratkan oleh Al-Qur’an dan membiarkan mereka tidak mengambil contoh dari para pemimpin yang telah diakui oleh Alloh kepemimpinannya.
Yang kedua, sebagai umat Islam yang merupakan komponen terbesar bangsa Indonesia mestilah kita sadari bahwa kita telah belum bisa melahirkan pemimpin Islam yang mumpuni yang faham tentang agama Islam dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh tetapi juga faham tentang ilmu kenegaraan. Sehingga selama ini para pemimpin umat Islam dan umat Islam sendiri menyerahkan kepemimpinan Negara kepada orang-orang yang mengerti ilmu kenegaraan tetapi kurang mengerti Ilmu Agama. Maka kedepan umat Islam harus sadar dan segera memulai menyiapkan pendidikan anak-anak Islam yang melahirkan pemimpin yang mengerti dan melaksanakan Agama Islam dengan sungguh-sungguh tetapi juga ia mengerti Ilmu Kenegaraan. Atau pemimpin Negara yang faham dan mengamalkan agama Islam secara sungguh-sungguh disamping mereka memiliki ilmu kenegaraan.
Yang Ketiga, kita harus berani menolak pemberian apapun baik berupa uang, janji kemudahan dan lain-lainnya pada setiap kita akan melahirkan/memilih pemimpin baik ditingkat RT, RW, Desa, Kabupaten/Kota, Provinsi maupun Negara.
Yang Ke-empat, kita harus berani untuk mengatakan tidak setuju dan menolak bila ada pemimpin kita yang melaksanakan sesuatu kebijakan yang menyimpang dari garis ajaran-ajaran Agama Alloh maupun undang-undang Negara.
Yang Kelima, kita berani bersabar untuk antri sesuai urutannya jika kita memerlukan sesuatu urusan apapun dengan admintrasi kepemerintahan. Tidak mendahului orang lain yang lebih dahulu antri, dan tidak menyuap petugas pemerintah.
Barangkali sementara itu lebih dahulu sedikit pengkajian yang dapat disampaikan, mudah-mudahan bisa diambil manfaat dan menjadikan inspirasi perubahan kea rah kebaikan dimasa depan bangsa dan Negara kita.( Gunungputri, 26 Jumadil Awal 1429H/1 Juni 2008, Her Budiarto).

Tidak ada komentar: